Barangsiapa
yang menghendaki selamat dari siksa Allah,
yang ingin memperoleh pahala dan Rahmat, serta ingin dimasukkan dalam surga-Nya,
maka seharusnya ia mencegah keinginan nafsu dari kesenangan duniawi, selalu
sabar dalam penderitaan dan bencana. Allah
SWT berfirman:
"Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.
(QS.3 Al Imran:146)".
Sabar
ditinjau dari berbagai segi:
- Sabar selalu taat kepada Allah.
- Sabar mencegah larangan Allah.
- Sabar pada pukulan pertama ketika ada bencana.
- Barangsiapa yang sabar melakukan ketaatan kepada Allah, artinya Allah memberikan 300 tingkat surga kelak pada hari akherat. Dan setiap tingkatnya seluas antara bumi dan langit.
- Barangsiapa yang sabar mencegah tidak melakukan larangan Allah, artinya Allah memberikan 600 tingkat surga kelak di hari akherat, dimana setiap tingkatnya seluas antara langit ke-7 dan bumi ke-7 pula.
- Barangsiapa yang sabar menghadapi musibah, artinya Allah memberikan 700 tingkat di surga, dimana setiap tingkatnya seluas antara Arsy dan bumi.
Diriwayatkan Nabi SAW bersabda dengan membawa
Firman Allah SWT:
"Tidak
ada seorang hamba yang terkena musibah dan masih berpegang teguh kepada-Ku,
kecuali Aku akan memberikannya sebelum ia meminta. Dan tidak ada seorang hamba
yang kena musibah, lalu ia bergantung selain dari-Ku, kecuali Aku selalu
menutup pintu-pintu langit".
Maka jelas
wajib bagi yang berakal senantiasa bersabar menghadapi bencana. Seharusnya
tidak mengadukan bencana kepada sesama manusia, agar ia selamat dari siksa
dunia dan akherat. Dan bencana yang paling berat ialah bencana yang dilimpahkan
kepada para Nabi dan
Wali.
Kata Imam
Junaid Al Baghdadi:
"Bencana
merupakan penerang bagi orang-orang yang bijak, gerakan kebangkitan bagi
orang-orang yang mencari ridho Allah,
kebajikan buat orang mukmin dan kebinasaan buat orang-orang yang lupa (akan
Dzat-Nya). Bukankah tak ada seorang mukmin pun yang mampu merasakan manisnya
iman kecuali dia memperoleh timpahan bencana, kemudian ia ridho dan
bersabar".
Sabda Nabi SAW:
"Barangsiapa
yang sakit semalam serta sabar dan ridho kepada Allah SWT, maka dosa-dosanya bersih
laksana baru dilahirkan oleh ibunya".
Ketika
kalian sakit, janganlah mengharap sembuh. Kata Dhuhak:
"Barangsiapa
yang tidak kena musibah atau kesusahan selama 40 hari, maka ia menurut Allah tidak memperoleh kebajikan".
Melalui
Mu'adz bin Jabal RA, Rasulullah SAW
bersabda:
Ketika seorang
hamba mukmin memperoleh bencana, maka Dia berfirman kepada malaikat sebelah
kiri-Nya:
"Ambilkan
alat tulis untuknya".
Kemudian Dia
berfirman kepada malaikat sebelah kanan-Nya:
"Tuliskan
untuk hamba-Ku ini suatu kebajikan yang ia lakukan".
Ada hadits Nabi Muhammad
SAW:
Bilamana
hamba Allah sakit, Dia
mengutus dua malaikat dan berfirman:
"Lihatlah
apa yang diucapkan oleh hamba-Ku".
Malaikat
berkata:
"Dia
mengucapkan Alhamdulillah...., dan ucapan itu dilaporkan kepada Allah".
Dia adalah
Dzat yang lebih Mengetahui. Dia berfirman:
"Seandainya
Aku mematikan hamba-Ku ini, niscaya Aku masukkan ke surga. Dan andai Aku
menyembuhkan, maka Aku wajib mengganti daging yang lebih baik melalui darah
yang lebih baik daripada darah yang dulu, serta Aku melebur semua
kejahatannya".
Orang Fasik Menjadi Kekasih Allah
Di kalangan
Bani Israil ada lelaki fasik (Gemar melakukan dosa) yang tidak pernah berhenti
dari kejahatannya, samapai-sampai penduduk sekitar menjadi resah dan satu pun
tidak ada yang berani melerai. Semua penduduk hanya bisa berdo'a kepada Allah agar ia disadarkan. Sehingga
akhirnya Allah menurunkan
wahyu kepada Nabi Musa
AS, yang memberitakan bahwa di kalangan bani Israil ada lelaki fasik. Engkau
harus mengusir pemuda itu agar kejahatannya tidak menimpa ke penduduk sekitar.
Nabi Musa AS pun menusir pemuda itu. Namun si pemuda tetap
berpindah-pindah desa dengan menyebar-nyebarkan kemunkaran. Dan sekali
lagi Allah mengeluarkan
perintah untuk mengusi pemuda itu. Nabi
Musa AS pun mengusir si pemuda ke arah padang pasir.
Disana tidak
dijumpai satu pun makhluk, tumbuh-tumbuhan atau hewan. Bahkan keluarganya pun
jauh dari sisinya. Sampai akhirnya ia jatuh sakit keras. Dia terjatuh dan
kepalanya tersungkur di pasir. Dia merintih:
"Andai
ibuku ada disisi kepalaku, ia pasti merasa kasihan dan menangisi aku. Andai
ayahku ada disini, ia pasti membantu menguruskan masalahku. Andai istriku
disini, ia pasti menangisi kepergianku.Dan adai anak-anakku ada disini juga, ia
pasti menangis di belakang jenazahku sambil berdo'a: 'Ya Allah, ampunilah ayahku si pengembara yang
tak berdaya, yang durhaka, yang fasik dan yang terbuang dari negaranya, dari
desa ke desa, dan sampai terasingkan pada padang yang luas. Dari sini ia keluar
dari dunia menuju akherat dengan memutuskan segalanya. Ya Allah, Engkau telah memisahkan aku dari
kedua orangtuaku, anak-anakku dan istriku. Namun Janganlah Engkau putuskn
Rahmat-Mu driku. Engkau sudah membakar hatiku lantaran berpisah dengan mereka,
namun janganlah Engkau bakar aku dengan api neraka-Mu karena
kedurhakaan-Ku".
Maka saat
itu pun Allah mengutus
para bidadari yang bisa menyerupai ibunya, istrinya, anak-anaknya dan
menyerupai ayahnya. Mereka semua duduk di samping pemuda sambil menangis.
Pemuda itu
merintih:
"Inikah
ayahku, ibuku, istriku dan anak-anakku sudah datang".
Hatinya
langsung gembira. Ia bisa mati ke Rahmatullah dalam keadaan suci dan terampuni.
Kemudian Allah SWT menurunkan wahyu kepada Nabi Musa AS:
"Pergilah
ke padang pasir ini dan di tempat ini, sebab disana telah wafat seorang wali
(Kekasih Allah) dari
sekian waliyullah. Hadirlah kesana dan urus segala keperluannya".
Ketika Nabi Musa AS sampai disana, ia terhenyak
dan melihat seorang pemuda yang dimaksud wali adalah pemuda yang dulu pernah
terusir dari negaranya dengan perintah Allah
jua. Nabi Musa AS
melihat sekitar jenazah pemuda ada beberapa bidadari. Nabi Musa AS berkata:
"Wahai Allah, bukankah pemuda ini yang pernah
terusir dari negerinya atas perintah-MU?"
Allah berfirman:
"Ini
adalah Rahmat-Ku, dan Pengampunan dari-Ku lantaran rintihannya di padang luas,
juga lantaran berpisahnya dengan tanah negerinya, berpisah dengan orangtuanya, anak-anaknya
dan istrinya. Lalu Aku mengutus beberapa bidadari untuk menyerupai semua
keluarganya. Dan mereka semua ternyata iba melihat dia ditempat yang perpencil
ini. Sebab ketahuilah, bila seseorang mati ditempat yang terpencil, maka semua
penghuni langit dan bumi menangis merasa kasihan pada dia; lantas AKU, AKU
adalah Dzat yang selalu menyayangi melebihi sayangnya mereka, apakah tidak
seharusnya mengkasihani dia!"
0 komentar:
Posting Komentar